Senin, 16 Februari 2015 Pukul 09.04
Wita......my beloved Mommy is die... ;'(
Pertama kali saya melihat orang
menghembuskan nafas terakhir yaitu saat mama meninggal 2 minggu yang
lalu..perasaan sedih tidak bisa hilang..rasa rindu pada mama terusssssss saja
ada....
Saya mau cerita kejadian pada saat saya
dibakari oleh kaka saya Tiny tentang kondisi mama yang kritis sampai saya
disuruh pulang secepatnya ke Kupang-NTT (skarang saya lagi ngelanjutin sekolah
di Salatiga)...
Sabtu sore tanggal 14 Februari 2015, saya
dapat bbm dari kaka saya Tiny kalo kondisi mama saya sudah kritis, tidakdapat
bicara lagi dan bernafas dibantu dengan O2...tapi karena saya tidak mendapatkan
gambaran pasti tentang kondisi mama yang sebenarnya, saya pun berdoa minta
kekuatan dari Tuhan agar mama bisa bertahan. Tak lama info tentang kondisi
kritis tersebut, kakak saya kembali men-bbm saya dan menyuruh saya pulang
secepat mungkin. Mendengar itu saya pun mulai gelisah, sedih, dan ketakutan,
tapi saya masih bingung mau pulang hari apa karena seninnya saya ada kuliah. Saya
masih berpikir sebaiknya saya pulang senin sore saja setelah selesai kuliah.
Namun, tak lama setelah itu Papa saya
menelpon untuk segera pulang dan kalau bisa besok paginya saya sudah harus
sampai di Kupang. Dari situ perasaan saya sudah tak karuan lagi..benar-benar
merasa ketakutan harus kehilangan mama, ketakutan ketika saya pulang, mama saya
sudah tak ada lagi....
Saya pun segera memesan tiket kereta dari
Solo-Surabaya, dan tiket pesawat yang paling pagi dari Surabaya-Kupang. Kedua tiket
tersebut memiliki jarak waktu yang sangat mepet, karena sudah tak ada lagi
penerbangan lain dari Semarang-Kupang untuk penerbangan minggu pagi (penuh). Menggunakan
kereta, baru dilanjutkan dengan pesawat adalah satu-satunya pilihan yang
tersedia.
Namun ada insiden..jadwal kereta yang
harusnya berangkat jam 00.41 terlambat sampai jam 01.55. Artinya yang harusnya
saya tiba di surabaya jam 04.15 jadinya molor 1 jam lebih..akhirnya tiba di
Gubeng Surabaya jam 05.20. Sedangkan pesawat saya berangkat jam 06.25
dari Juanda Surabaya. Untungnya ada teman saya Gusti yang dengan kelihaiannya
membawa motor mengatar saya sampai di Juanda tepat waktu jam 06.00 saya sampai
di juanda,,langsung check in penumpang paling terakhir (karna mba sama masnya
udah mau beres2) langsung deh naik pesawat. (syukurlahhh...thanx banget
Gusti..)
Nah sampai di Kupang, saya langsung ke
RSUD Prof. W, Z. Johanes Kupang, kamar Paviliun 6A tempat mama dirawat. Suasananya
benar-benar berbeda.....waktu sampai dilorong, papa lagi duduk,tapi rawut
mukanya seperti orang yang terpukul skali, kelelahan, dan sedih. Setelah saya
mencium papa, saya langsung disuruh melihat mama...dannnnnnnnnnn......Syokkkkkk
liat kondisi mama seperti itu....saya menghampiri mama,mencium kening mama, dan
bisik ditelinganya kalo saya sudah ada bersama-sama dengan mama.
Perasaan saat itu sedih banget (sampai
sekarang)...air matapun menetes kala melihat mama sudah tidak dapat berbicara
lagi,hanya bisa menggerakkan kaki dan tangan secara lemah. Tapi hal yang
membuat saya beryukur adalah mama masih mengetahui keberadaan saya dengan
membelai rambut dan bahu ketika saya duduk menangis di sampingnya. Masih menggigit
jari saya ketika saya membersihkan lendir dari mulutnya. Itulah cara komunikasi
terbaik yang dapat mama sampaikan kepada saya. Perasaan sedih yang saya rasakan
sampai saat ini adalah kenyataan bahwa perubahan perkembangan penyakit mama
begitu cepat dari yang sebelum saya kembali ke Salatiga pasca liburan natal
selama 1 bulan.
Penyakit kanker payudara yang mama derita
menyebar dengan cepat ke hati sebelah kiri yang menyebabkan pembengkakkan pada
kaki dan menguning semua badan, ginjal, paru-paru sebelah kiri yang penuh
dengan cairan, dan tulang belakang yang keseluruhan sudah busuk karena
penyebaran kanker yang mengakibatkan kelumpuhan.
Perasaan sedih terus menyayat hati karena
selama mama dalam masa-masa sulit saya tidak bersama-sama dengan dia. Tapi saya
bersyukur karena ada papa dan kakak2 saya, dan saudara dari mama dan papa yang
menjaga mama dan memberikan perawatan terbaik.
Saya sangat berharap mama sembuh..tapi
kondisi mama secara medis sangat memprihatinkan, karena itu saya harus berbesar
hati merelakan mama pulang kembali ke Rumah Bapa di Sorga...
Saya berefleksi diri..sebagai calon
vikaris yang bertugas melayani memimpin ibadah-ibadah penghiburan bagi keluarga
duka, hal ini sangatlah berat. Ketika kita berkata kepada keluarga duka untuk
merelakan orang terkasih pergi, kerelaan itu terlebih dulu kita hayati sebagai
pengendalian dan penguasaan diri untuk berpikir secara rasional berdasarkan
iman bahwa kepergian orang-orang terkasih ini karena rencana Tuhan indah pada
waktunya. Dengan demikian kita menjadi lebih kuat dalam menghadapai peristiwa
iman seperti yang saya rasakan. Saya belajar untuk lebih memaknai setiap kata
dalam tulisan khotbah malam penghiburan bagi semua keluarga yang berduka.
16 Februari 2015 jam 09.04 Wita ketika
mama tiada, menjadi waktu di mana lembaran baru harus saya buka......di mana
ada tanggung jawab besar yang mama tinggalkan untuk saya.
Ketika hari pemakaman 18 Feb 2015 di
Gedung Kebaktian Jemaat Maranatha Oebufu (karena mama adalah anggota majelis
jemaat aktif) suara gembala yang disampaikan oleh Pdt. M. J. Karmany adalah,
teladannya mama yang harus kita ambil, di mana kesetiaannya dalam pelayanan
sebagai anggota majelis jemaat yang tidak pernah lalai melaksanakan tugas
pelayanan termasuk tidak pernah absen dari rapat-rapat majelis jemaat. Semangat
itu diturunkan kepada saya dengan memberi diri untuk bekerja sebagai hamba
Allah.
Juga hal lain yang membuat saya bangga
memiliki mama yang luar biasa adalah pekerjaan mengabdi selama 36 tahun sebagai
tenaga hononer tanpa diangkat sebagai PNS di kelurahan oebufu dan tetap setia
melayani lansia, orang-orang miskin yang membutuhkan raskin dan bantuan
pinjaman lainnya.
Mama mungkin bukanlah seorang pejabat
besar, tetapi apa yang ditanamkan dan didedikasikan bagi keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara juga sebagai Abdi Allah lebih dari apa yang dapat dilakukan
oleh seorang pejabat negara sekalipun.
Sebagai anak, kebanggaan punya mama
seperti mama weli bukan karena banyaknya krans bunga yang datang, bukan karena
banyaknya sumbangan duka yang diterima, bukan karena banyaknya pelayat yang
datang, tetapi kebanggaan itu datang karena TETESAN AIR MATA dari PARA LANSIA
& ORANG-ORANG MISKIN yang selama perjalanan hidupnya ia dedikasikan
untuk membantu mereka yang membutuhkan....
Capture: kiriman Yeci Hailitik di FB
Secara fisik, mama sudah tak ada lagi di
tengah-tengah keluarga kami, tapi dihati dan pikiran ini, mama tetap
ada...
Saat ini saya percaya bahwa mama pasti
mendapatkan tempat terindah di sana...saya percaya dan yakini itu karena kami
keluarga mengantar kepergian mama dalam doa dan penuh ketenangan kepada
Tuhan...
Thanks Mom…..good bye….. :’(
Tidak ada komentar:
Posting Komentar