Minggu, 01 Maret 2015

SEDIH, TAPI TETAP BANGGA DENGAN MAMA

Senin, 16 Februari 2015 Pukul 09.04 Wita......my beloved Mommy is die... ;'(

Pertama kali saya melihat orang menghembuskan nafas terakhir yaitu saat mama meninggal 2 minggu yang lalu..perasaan sedih tidak bisa hilang..rasa rindu pada mama terusssssss saja ada....



Saya mau cerita kejadian pada saat saya dikabari oleh kaka saya Tiny tentang kondisi mama yang kritis sampai saya disuruh pulang secepatnya ke Kupang-NTT (skarang saya lagi ngelanjutin sekolah di Salatiga)...

Sabtu sore tanggal 14 Februari 2015, saya dapat bbm dari kaka saya Tiny kalo kondisi mama saya sudah kritis, tidakdapat bicara lagi dan bernafas dibantu dengan O2...tapi karena saya tidak mendapatkan gambaran pasti tentang kondisi mama yang sebenarnya, saya pun berdoa minta kekuatan dari Tuhan agar mama bisa bertahan. Tak lama info tentang kondisi kritis tersebut, kakak saya kembali men-bbm saya dan menyuruh saya pulang secepat mungkin. Mendengar itu saya pun mulai gelisah, sedih, dan ketakutan, tapi saya masih bingung mau pulang hari apa karena seninnya saya ada kuliah. Saya masih berpikir sebaiknya saya pulang senin sore saja setelah selesai kuliah.
Namun, tak lama setelah itu Papa saya menelpon untuk segera pulang dan kalau bisa besok paginya saya sudah harus sampai di Kupang. Dari situ perasaan saya sudah tak karuan lagi..benar-benar merasa ketakutan harus kehilangan mama, ketakutan ketika saya pulang, mama saya sudah tak ada lagi....
Saya pun segera memesan tiket kereta dari Solo-Surabaya, dan tiket pesawat yang paling pagi dari Surabaya-Kupang. Kedua tiket tersebut memiliki jarak waktu yang sangat mepet, karena sudah tak ada lagi penerbangan lain dari Semarang-Kupang untuk penerbangan minggu pagi (penuh). Menggunakan kereta, baru dilanjutkan dengan pesawat adalah satu-satunya pilihan yang tersedia.
Namun ada insiden..jadwal kereta yang harusnya berangkat jam 00.41 terlambat sampai jam 01.55. Artinya yang harusnya saya tiba di surabaya jam 04.15 jadinya molor 1 jam lebih..akhirnya tiba di Gubeng  Surabaya jam 05.20. Sedangkan pesawat saya berangkat jam 06.25 dari Juanda Surabaya. Untungnya ada teman saya Gusti yang dengan kelihaiannya membawa motor mengatar saya sampai di Juanda tepat waktu jam 06.00 saya sampai di juanda,,langsung check in penumpang paling terakhir (karna mba sama masnya udah mau beres2) langsung deh naik pesawat. (syukurlahhh...thanx banget Gusti..)

Nah sampai di Kupang, saya langsung ke RSUD Prof. W, Z. Johanes Kupang, kamar Paviliun 6A tempat mama dirawat. Suasananya benar-benar berbeda.....waktu sampai dilorong, papa lagi duduk,tapi rawut mukanya seperti orang yang terpukul skali, kelelahan, dan sedih. Setelah saya mencium papa, saya langsung disuruh melihat mama...dannnnnnnnnnn......Syokkkkkk liat kondisi mama seperti itu....saya menghampiri mama,mencium kening mama, dan bisik ditelinganya kalo saya sudah ada bersama-sama dengan mama.
Perasaan saat itu sedih banget (sampai sekarang)...air matapun menetes kala melihat mama sudah tidak dapat berbicara lagi,hanya bisa menggerakkan kaki dan tangan secara lemah. Tapi hal yang membuat saya beryukur adalah mama masih mengetahui keberadaan saya dengan membelai rambut dan bahu ketika saya duduk menangis di sampingnya. Masih menggigit jari saya ketika saya membersihkan lendir dari mulutnya. Itulah cara komunikasi terbaik yang dapat mama sampaikan kepada saya. Perasaan sedih yang saya rasakan sampai saat ini adalah kenyataan bahwa perubahan perkembangan penyakit mama begitu cepat dari yang sebelum saya kembali ke Salatiga pasca liburan natal selama 1 bulan.
Penyakit kanker payudara yang mama derita menyebar dengan cepat ke hati sebelah kiri yang menyebabkan pembengkakkan pada kaki dan menguning semua badan, ginjal, paru-paru sebelah kiri yang penuh dengan cairan, dan tulang belakang yang keseluruhan sudah busuk karena penyebaran kanker yang mengakibatkan kelumpuhan.
Perasaan sedih terus menyayat hati karena selama mama dalam masa-masa sulit saya tidak bersama-sama dengan dia. Tapi saya bersyukur karena ada papa dan kakak2 saya, dan saudara dari mama dan papa yang menjaga mama dan memberikan perawatan terbaik. 

Saya sangat berharap mama sembuh..tapi kondisi mama secara medis sangat memprihatinkan, karena itu saya harus berbesar hati merelakan mama pulang kembali ke Rumah Bapa di Sorga...

Saya berefleksi diri..sebagai calon vikaris yang bertugas melayani memimpin ibadah-ibadah penghiburan bagi keluarga duka, hal ini sangatlah berat. Ketika kita berkata kepada keluarga duka untuk merelakan orang terkasih pergi, kerelaan itu terlebih dulu kita hayati sebagai pengendalian dan penguasaan diri untuk berpikir secara rasional berdasarkan iman bahwa kepergian orang-orang terkasih ini karena rencana Tuhan indah pada waktunya. Dengan demikian kita menjadi lebih kuat dalam menghadapai peristiwa iman seperti yang saya rasakan. Saya belajar untuk lebih memaknai setiap kata dalam tulisan khotbah malam penghiburan bagi semua keluarga yang berduka.

16 Februari 2015 jam 09.04 Wita ketika mama tiada, menjadi waktu di mana lembaran baru harus saya buka......di mana ada  tanggung jawab besar yang mama tinggalkan untuk saya.

Ketika hari pemakaman 18 Feb 2015 di Gedung Kebaktian Jemaat Maranatha Oebufu (karena mama adalah anggota majelis jemaat aktif) suara gembala yang disampaikan oleh Pdt. M. J. Karmany adalah, teladannya mama yang harus kita ambil, di mana kesetiaannya dalam pelayanan sebagai anggota majelis jemaat yang tidak pernah lalai melaksanakan tugas pelayanan termasuk tidak pernah absen dari rapat-rapat majelis jemaat. Semangat itu diturunkan kepada saya dengan memberi diri untuk bekerja sebagai hamba Allah.
Juga hal lain yang membuat saya bangga memiliki mama yang luar biasa adalah pekerjaan mengabdi selama 36 tahun sebagai tenaga hononer tanpa diangkat sebagai PNS di kelurahan oebufu dan tetap setia melayani lansia, orang-orang miskin yang membutuhkan raskin dan bantuan pinjaman lainnya. 
Mama mungkin bukanlah seorang pejabat besar, tetapi apa yang ditanamkan dan didedikasikan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara juga sebagai Abdi Allah lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh seorang pejabat negara sekalipun.
Sebagai anak, kebanggaan punya mama seperti mama weli bukan karena banyaknya krans bunga yang datang, bukan karena banyaknya sumbangan duka yang diterima, bukan karena banyaknya pelayat yang datang, tetapi kebanggaan itu datang karena TETESAN AIR MATA dari PARA LANSIA & ORANG-ORANG MISKIN  yang selama perjalanan hidupnya ia dedikasikan untuk membantu mereka yang membutuhkan....


Capture: kiriman Yeci Hailitik di FB

Secara fisik, mama sudah tak ada lagi di tengah-tengah keluarga kami, tapi dihati dan pikiran ini, mama tetap ada... 
Saat ini saya percaya bahwa mama pasti mendapatkan tempat terindah di sana...saya percaya dan yakini itu karena kami keluarga mengantar kepergian mama dalam doa dan penuh ketenangan kepada Tuhan...

Thanks Mom…..good bye….. :’(

RIP Mama tersayang Welmintje Touselak-Nggonggoek (mama Welly)



Senin, 16 Februari 2015 Pukul 09.04 Wita......my beloved Mommy is die... ;'(

Pertama kali saya melihat orang menghembuskan nafas terakhir yaitu saat mama meninggal 2 minggu yang lalu..perasaan sedih tidak bisa hilang..rasa rindu pada mama terusssssss saja ada....

Saya mau cerita kejadian pada saat saya dibakari oleh kaka saya Tiny tentang kondisi mama yang kritis sampai saya disuruh pulang secepatnya ke Kupang-NTT (skarang saya lagi ngelanjutin sekolah di Salatiga)...

Sabtu sore tanggal 14 Februari 2015, saya dapat bbm dari kaka saya Tiny kalo kondisi mama saya sudah kritis, tidakdapat bicara lagi dan bernafas dibantu dengan O2...tapi karena saya tidak mendapatkan gambaran pasti tentang kondisi mama yang sebenarnya, saya pun berdoa minta kekuatan dari Tuhan agar mama bisa bertahan. Tak lama info tentang kondisi kritis tersebut, kakak saya kembali men-bbm saya dan menyuruh saya pulang secepat mungkin. Mendengar itu saya pun mulai gelisah, sedih, dan ketakutan, tapi saya masih bingung mau pulang hari apa karena seninnya saya ada kuliah. Saya masih berpikir sebaiknya saya pulang senin sore saja setelah selesai kuliah.
Namun, tak lama setelah itu Papa saya menelpon untuk segera pulang dan kalau bisa besok paginya saya sudah harus sampai di Kupang. Dari situ perasaan saya sudah tak karuan lagi..benar-benar merasa ketakutan harus kehilangan mama, ketakutan ketika saya pulang, mama saya sudah tak ada lagi....
Saya pun segera memesan tiket kereta dari Solo-Surabaya, dan tiket pesawat yang paling pagi dari Surabaya-Kupang. Kedua tiket tersebut memiliki jarak waktu yang sangat mepet, karena sudah tak ada lagi penerbangan lain dari Semarang-Kupang untuk penerbangan minggu pagi (penuh). Menggunakan kereta, baru dilanjutkan dengan pesawat adalah satu-satunya pilihan yang tersedia.
Namun ada insiden..jadwal kereta yang harusnya berangkat jam 00.41 terlambat sampai jam 01.55. Artinya yang harusnya saya tiba di surabaya jam 04.15 jadinya molor 1 jam lebih..akhirnya tiba di Gubeng  Surabaya jam 05.20. Sedangkan pesawat saya berangkat jam 06.25 dari Juanda Surabaya. Untungnya ada teman saya Gusti yang dengan kelihaiannya membawa motor mengatar saya sampai di Juanda tepat waktu jam 06.00 saya sampai di juanda,,langsung check in penumpang paling terakhir (karna mba sama masnya udah mau beres2) langsung deh naik pesawat. (syukurlahhh...thanx banget Gusti..)

Nah sampai di Kupang, saya langsung ke RSUD Prof. W, Z. Johanes Kupang, kamar Paviliun 6A tempat mama dirawat. Suasananya benar-benar berbeda.....waktu sampai dilorong, papa lagi duduk,tapi rawut mukanya seperti orang yang terpukul skali, kelelahan, dan sedih. Setelah saya mencium papa, saya langsung disuruh melihat mama...dannnnnnnnnnn......Syokkkkkk liat kondisi mama seperti itu....saya menghampiri mama,mencium kening mama, dan bisik ditelinganya kalo saya sudah ada bersama-sama dengan mama.
Perasaan saat itu sedih banget (sampai sekarang)...air matapun menetes kala melihat mama sudah tidak dapat berbicara lagi,hanya bisa menggerakkan kaki dan tangan secara lemah. Tapi hal yang membuat saya beryukur adalah mama masih mengetahui keberadaan saya dengan membelai rambut dan bahu ketika saya duduk menangis di sampingnya. Masih menggigit jari saya ketika saya membersihkan lendir dari mulutnya. Itulah cara komunikasi terbaik yang dapat mama sampaikan kepada saya. Perasaan sedih yang saya rasakan sampai saat ini adalah kenyataan bahwa perubahan perkembangan penyakit mama begitu cepat dari yang sebelum saya kembali ke Salatiga pasca liburan natal selama 1 bulan.
Penyakit kanker payudara yang mama derita menyebar dengan cepat ke hati sebelah kiri yang menyebabkan pembengkakkan pada kaki dan menguning semua badan, ginjal, paru-paru sebelah kiri yang penuh dengan cairan, dan tulang belakang yang keseluruhan sudah busuk karena penyebaran kanker yang mengakibatkan kelumpuhan.
Perasaan sedih terus menyayat hati karena selama mama dalam masa-masa sulit saya tidak bersama-sama dengan dia. Tapi saya bersyukur karena ada papa dan kakak2 saya, dan saudara dari mama dan papa yang menjaga mama dan memberikan perawatan terbaik. 

Saya sangat berharap mama sembuh..tapi kondisi mama secara medis sangat memprihatinkan, karena itu saya harus berbesar hati merelakan mama pulang kembali ke Rumah Bapa di Sorga...

Saya berefleksi diri..sebagai calon vikaris yang bertugas melayani memimpin ibadah-ibadah penghiburan bagi keluarga duka, hal ini sangatlah berat. Ketika kita berkata kepada keluarga duka untuk merelakan orang terkasih pergi, kerelaan itu terlebih dulu kita hayati sebagai pengendalian dan penguasaan diri untuk berpikir secara rasional berdasarkan iman bahwa kepergian orang-orang terkasih ini karena rencana Tuhan indah pada waktunya. Dengan demikian kita menjadi lebih kuat dalam menghadapai peristiwa iman seperti yang saya rasakan. Saya belajar untuk lebih memaknai setiap kata dalam tulisan khotbah malam penghiburan bagi semua keluarga yang berduka.

16 Februari 2015 jam 09.04 Wita ketika mama tiada, menjadi waktu di mana lembaran baru harus saya buka......di mana ada  tanggung jawab besar yang mama tinggalkan untuk saya.

Ketika hari pemakaman 18 Feb 2015 di Gedung Kebaktian Jemaat Maranatha Oebufu (karena mama adalah anggota majelis jemaat aktif) suara gembala yang disampaikan oleh Pdt. M. J. Karmany adalah, teladannya mama yang harus kita ambil, di mana kesetiaannya dalam pelayanan sebagai anggota majelis jemaat yang tidak pernah lalai melaksanakan tugas pelayanan termasuk tidak pernah absen dari rapat-rapat majelis jemaat. Semangat itu diturunkan kepada saya dengan memberi diri untuk bekerja sebagai hamba Allah.
Juga hal lain yang membuat saya bangga memiliki mama yang luar biasa adalah pekerjaan mengabdi selama 36 tahun sebagai tenaga hononer tanpa diangkat sebagai PNS di kelurahan oebufu dan tetap setia melayani lansia, orang-orang miskin yang membutuhkan raskin dan bantuan pinjaman lainnya. 
Mama mungkin bukanlah seorang pejabat besar, tetapi apa yang ditanamkan dan didedikasikan bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara juga sebagai Abdi Allah lebih dari apa yang dapat dilakukan oleh seorang pejabat negara sekalipun.
Sebagai anak, kebanggaan punya mama seperti mama weli bukan karena banyaknya krans bunga yang datang, bukan karena banyaknya sumbangan duka yang diterima, bukan karena banyaknya pelayat yang datang, tetapi kebanggaan itu datang karena TETESAN AIR MATA dari PARA LANSIA & ORANG-ORANG MISKIN  yang selama perjalanan hidupnya ia dedikasikan untuk membantu mereka yang membutuhkan....


Capture: kiriman Yeci Hailitik di FB

Secara fisik, mama sudah tak ada lagi di tengah-tengah keluarga kami, tapi dihati dan pikiran ini, mama tetap ada... 
Saat ini saya percaya bahwa mama pasti mendapatkan tempat terindah di sana...saya percaya dan yakini itu karena kami keluarga mengantar kepergian mama dalam doa dan penuh ketenangan kepada Tuhan...

Thanks Mom…..good bye….. :’(